Di sebuah kerapatan
Yang tak mungkin cahaya terang
Kugoreskan ujung emas ini
Di atas carik penuh garis
Dengan sayup-sayup mata
Yang tak tampak akan gairah
Kusandarkan lengan ini
Pada landasan peti yang berongga
Kuambil sebuah pelenyap
Sesuatu yang salah telah muncul
Terbesit lagi dalam benak
Menyiratkan ulang pikiran terpendam
Semilir berbisik berhelai-helai
Aku sudah tak tahan
Kuletakkan segala pikirankuku
Kugenapkan rasa kantukku
Dengan pupil yang tertutup tirai
Semua masih dapat dijelaskan
Goresan yang berbicara
“Aku sedang membuat puisi.”
NB: sebenarnya puisi di atas senada dengan cerpen di sini, namun orang yang dituju berbeda. Puisi di atas tampak "membelakangi" para "sastrawan", sedangkan cerpen yang disebutkan tadi "membawahi" para "ilmuwan".
Hehehe.. I'm sorry :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar